TASAWUF AKHLAKI/AMALI

 Assalamu'alaikum sobat blogger dimanapun kalian berada☺️

Kali ini, aku ingin menyampaikan beberapa hal yang berkaitan tentang Tasawuf Akhlaki/Amali. Dibaca dan disimak baik-baik yaa, hehe


Tasawuf Akhlaki/Amali

A. Definisi Tasawuf Akhlaki/Amali
Menurut Ma’ruf Al-Karkhi, Tasawuf adalah menempuh jalan hakikat, dan memutuskan kepada sesama makhluk. Sedangkan menurut Hasan Ats-Tsauri, Tasawuf berarti membenci dunia dalam usahanya mendekati dan mencintai Allah SWT semata. 
Jadi, tasawuf dapat diartikan sebagai zuhud di dunia dan menghadapkan amal perbuatannya hanya untuk Allah, dan meninggalkan hal-hal yang menyelewengkan dari tujuan utamanya yakni hanya berorientasi pada kecintaannya kepada Allah. 
Tasawuf akhlaki dan amali termasuk jenis dari tasawuf sunni, biasanya ada juga yang langsung menggabungkan kedua istilah tasawuf tersebut dengan sebutan tasawuf sunni akhlaki dan tasawuf sunni amali. Perbedaan antara keduanya terletak pada penekanan orientasinya, tasawuf akhlaki lebih menekankan pembinaan mental melalui pengendalian nafsu dalam upaya mendekatkan diri dengan Tuhan. Sedangkan tasawuf amali, lebih menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. 
Tasawuf amali merupakan kelanjutan dari tasawuf akhlaki karena seseorang yang ingin berhubungan dengan Allah maka ia harus membersihkan jiwanya, sebagaimana Allah berfirman: “dan Allah menyukai orang-orang yang bersih” (QS. At-Taubah;108) dan “sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222).

B. Metode-Metode Tasawuf Akhlaki/Amali
1. Metode Pengajaran Akhlaki
a. Takhalli
Adalah mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela, dari maksiat lahir maupun batin. Takhallī juga berarti mengosongkan diri sikap ketergantungan terhadap kelezatan duniawi. 
Al-Ghazali berpendapat bahwa sifat- sifat tercela itu adalah najis ma'nawi (najasah ma'nawiyah). Kalau seseorang tidak bersih dari najis maka hatinya menjadi kotor. Seluruh aktifitasnya menjadi kotor, dan tidak mungkin bisa dekat kepada Tuhan. Konsep al-zuhd (anti dunia) adalah langkah stratigis yang tepat dengan menanamkan rasa benci kepada kehidupan dunia serta mematikan hawa nafsu.
b. Tahalli
Adalah menghiasi diri pribadi dengan kebaikan dan kebajikan, taat atas segala yang diajarkan agama. Ketaatan atas syariat agama yang bersifat formal, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya. Akhlaknya menjadi tradisi dan kebiasaan yang melekat pada seluruh aspek hidupnya. Sifat-sifat yang baik datang dan sifat-sifat buruk hilang. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa setelah usaha pengosongan dari sifat dan sikap mental yang buruk.
Menurut sufi, jasmani dan rohani yang sehat adalah langkah pertama dalam rangkaian perjalanan kehidupan spiritual yang lebih kuat dan sungguh-sungguh dengan meningkatkan amalan-amalan keagamaan dengan riyadlah dan mujahadah bernilai spiritual yang cukup berat. Tujuannya adalah untuk mengendalikan dan menguasai hawa nafsu. Jiwa manusia, menurut Al-Ghazali, dapat dilatih, dikendalikan, dikuasai, diubah dan dapat dibentuk sesuai keinginan manusia itu sendiri. 
c. Tajalli
Adalah tahap yang dapat ditempuh oleh seorang hamba ketika ia sudah mampu melalui tahap Takhalli dan Tahalli. Tajalli adalah lenyapnya atau hilangnya hijab dari sifat kemanusiaan atau terangnya nur yang selama itu tersembunyi atau fana segala sesuatu selain Allah, ketika nampak wajah Allah. 
Tahap Tajalli digapai oleh seorang hamba ketika mereka telah mampu melewati tahap Takhalli dan Tahalli. Hal ini berarti untuk menempuh tahap Tajalli seorang hamba harus melakukan suatu usaha serta latihan-latihan kejiwaan atau kerohanian, yakni dengan membersihkan dirinya dari penyakit- penyakit jiwa seperti berbagai bentuk perbuatan maksiat dan tercela, kemegahan dan kenikmatan dunia lalu mengisinya dengan perbuatan-perbuatan, sikap, dan sifat-sifat yang terpuji, memperbanyak dzikir, ingat kepada Allah, memperbanyak ibadah dan menghiasi diri dengan amalan-amalan mahmudah yang dapat menghilangkan penyakit jiwa dalam hati atau diri seorang hamba. 

2. Metode Pengajaran Tasawuf Amali
Penelusuran terhadap dasar ajaran tasawuf Amali, dapat ditelusuri melalui ajaran dasar Islam. Hal itu dimaksudkan untuk melihat bagaimana ia mempertautkan komponen-komponen ajaran dasar itu, dan apa saja yang dijadikan sumber dari ajarannya. Ajaran dasar Islam dapat dikategorisasikan menjadi tiga komponen, yaitu iman (aqidah), Islam (syari’ah: ibadah dan muammalah),dan ihsan (akhlaq-tasawuf). 
  • Ajaran dasar pertama ialah iman, atau istilah lain adalah aqidah. Iman atau aqidah merupakan prinsip keyakinan yang paling fundamental. Agama Islam mengajarkan pemikiran mengenai pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai seorang mukmin. Perkembangan pemikiran mengenai pokok-pokok kepercayaan itu telah melahirkan aliran-aliran kalam, seperti Qadariyyah, Jabariyyah, Khawarij, Mu’tazilah, Murji’ah, Asy’ariyyah, Syi’ah. Dari sinilah lahir para filosuf muslim dengan membawa argumen-argumen rasional, antara lain al- Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusd dan lain-lain. 
  • Ajaran dasar kedua adalah Islam. Penjabarannnya kemudian lebih populer dengan istilah syari’ah. Syari’ah diartikan sebagai peraturan Tuhan yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. Peraturan itu ada yang berkenaan dengan hubungan antara manusia dan Tuhan (habl min Allah) dan ada yang berkenaan dengan hubungan antara manusia (habl min al- Nas) atau hubungan kemasyarakatan. 
  • Ajaran dasar ketiga adalah ihsan. Ihsan merupakan ajaran tentang rasa penghayatan akan hadirnya Tuhan dalam kehidupan seseorang. Rasa penghayatan akan kehadiran Tuhan dalam diri seseorang ini kemudian dikembangkan dalam tasawuf. 
Perkembangan pemikiran dan pengalaman tasawuf telah melahirkan tokoh-tokoh sufi dan aliran tasawuf. Di antara tokoh-tokoh sufi tercatat nama Rabi’ah al-Adawiyah, Dzunun al-Misri, Abi Yazid al-Busthami, Al-Hallaj, Al-Ghazali. Dari tokoh sufi tarekat terkenal seperti Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jailani, Syaikh Bahauddin al- Naqsabandi, Syaikh Abû Hasan al-Syadzalli dan lain-lain. 
Pada hakekatnya, ketiga ajaran dasar Islam di atas, antara satu komponen dengan komponen lainnya saling mendukung dan bersifat integratif. Artinya masing-masing komponen tidak bisa dipisahkan secara parsial, tetapi harus dipahami secara integral. Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan. Bahkan keterkaitan itu bisa bersinergi secara bersamaan, sehingga setiap satu komponen dari tiga komponen itu mengandung makna dua komponen lainnya. Dalam Islam terdapat iman dan ihsan, dalam iman terdapat ihsan, dan dalam ihsan terdapat islam dan 
iman.

C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Akhlaki/Amali
1. Tasawuf Amali
Dalam ajaran tasawuf amali terdapat tokoh-tokoh yang berperan penting dianyaranya adalah Hasan Al-Basri, Robi`ah Al-Adawiyah dan Dzun Nun Al-Misri.
    • Hasan Al-Basri (21 H-110 H) →Hasan Al-Basri memiliki nama lengkapnya Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Said, lahir di Madinah pada tahun 21 H. Beliau adalah seorang sufi tabi’in yang termasyhur pada masanya. Prinsip ajaran taswuf Hasan Al-Basri yang paling utama adalah bersikap zuhud kepada dunia. Selain itu Hasan Al-Basri juga mengajarkan untuk berbuat Khauf ( rasa takut ) dan Raja’ (pengharapan ) yang berarti merasa takut akan siksa Allah SWT dan memeohon ampun atas segala dosa-dosa yang telah di perbuat.
    • Robi'ah Al-Adawiyah (96 H-185 H) →Robi’ah Al-Adawiyah memiliki nama lengkap Ummu Al-Khair Rabi’ah Al-Adawiyah Al-Qisiya. Beliau di lahirkan di Basrah pada tahun 96 Hijriyah. Kehidupan beliau diliputi dengan kemiskinan, beliau tidak mau menerima bantuan dari orang lain. Kehidupan sehari-harinya di habiskan untuk selalu beribadah kepada Allah SWT dan juga menjauhi urusan yang bersifat duniawi. Konsep dari ajaran tasawuf Robi’ah Al-Adawiyah berfokus pada Al-Hubb (cinta) kepada Allah SWT. Cinta yang di anut oleh Robi’ah ini merupakan hubb al-hawa dan hubb anta ahl lahu.
    • Dzun Nun Al-Misri (180 H-246 H)→Dzun Nun adalah seorang sufi yang hidup di pedalam mesir sekitar pertengahan abad ke-3 Hijriyah, beliau lahir di tahun 180 H. Beliau memiliki nama lengkap Abu Al-Faidil bin Ibrahim Dzun Al-Misri. Konsep tasawuf beliau menonjolkan tentang ma’rifat. Bahkan pendapat-pendapat beliau di anggap zindiq ( tidak berpegang teguh dengan agama).
    2. Tasawuf Akhlaki
    Berikut ini beberapa tokoh yang paling berpengaruh dalam pengembangan tasawuf akhlaqi :
    • Hasan Al-Basri (21 H-110 H) →Hasan Al-Basri adalah seorang zahid dari kalangan tabiin yang lahir di Madinah pada tahun 21 Hijriyah. Beliau merupakan pelopor utama yang mulai meluaskan ilmu-ilmu kebatinan dan kesucian jiwa. Beliau berpandangan bahwa tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa takut kepada Allah SWT di dalam diri setiap hamba. Beliau juga berpendapat bahwa duna ini adalah ladang beramal, banyak duka cita yang dapat memperteguh amal sholat.
    • Al-Muhasibi (165 H-243 H) →Al-Muhasibi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Al-Harist bin Asad Al-Basri Al-Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Basrah,Irak pada tahun 165 Hijriyah. Menurut beliau tasawuf adalah ilmu yang mengajarkan untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT, menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah dan meneladani Rosulullah SAW. Kemudian beliau juga berpendapat bahwa ada 3 hal yang perlu di tekankan untuk membersihkan jiwa dan untuk mencapai jalan keselamatan. 3 hal tersebut adalah melalui ma’rifat, khauf, dan raja’.
    • Al-Qusyairi (376 H-465 H) →Al-Qusyairi memiliki nama lengkap Abdul Karim bin Hawazim. Beliau lahir di kawasan Nishafur pada tahun 465 Hijriyah. Beliau merupakan seorang ulama’ yang ahli dalam berbagai disiplin ilmu pada masanya. Ajaran tasawuf Al-Qusyairi di dasarkan pada Ahlusunnah Wal Jama’ah yang berlandasan ketauhidan. Menurutnya tidak haram jika seseorang menikmati kenikmatan dunia, asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
    • Al-Ghazali (450 H-505 H) →Al-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad Al-Thusi. Beliau lahir di Khusaran. Beliau di kenal sebagai seorang sufi, filosof, fuqoha dan mutakallimin. Al-Ghazali berupaya mengembalikan ajaran tasawuf yang sesuai syariat agama islam, dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendiidakan moral, dimana sesorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu sebelum mempelajari ketasawufan. 
    OPINI:
    Tasawuf Akhlaki/Amali merupakan salah satu dari beberapa macam tasawuf. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari mempelajari Tasawuf Akhlaki/Amali.
    Dengan adanya Tasawuf akhlaki/amali, mengajarkan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjauhkan diri dari hal-hal yang buruk/tercela, dan masih banyak manfaat dalam mempelajari tasawuf terutama tasawuf akhlaki. 
    Di sisi lain, orang yang mempelajari Tasawuf ini, mereka memperoleh kedudukan yang baik di dalam masyarakat, disenangi banyak orang, terhindar dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan Allah SWT. Selain itu, seseorang yang membersihkan jiwanya dari segala hal buruk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, akan mendapatkan pertolongan dan InsyaAllah dimudahkan dalam kehidupannya, serta mendapat perlindungan dari penderitaan dan kesulitan hidup.

    Sekian, terimakasih😊
    Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

    Komentar

    Posting Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    KHAUF DAN RAJA'

    MAQAMAT TAWAKKAL & MAHABBAH

    First time blog!!! Introduce myself