TOKOH-TOKOH TASAWUF

Assalamu'alaikum sobat blogger yang dirahmati Allah SWT...

Berjumpa lagi dalam rangkaian kata yang kesekian kalinya, hehe

Kali ini, aku mau berbagi ilmu mengenai Tokoh-Tokoh Tasawuf (pada Masa Klasik, Pertengahan, Modern, & Kontemporer) nih sobat blogger😊 

Simak baik-baik yaaa...



Tokoh-Tokoh Tasawuf




A. Tokoh Tasawuf pada Masa Klasik

Pada masa klasik atau pada fase abad pertama Hijriyah, belum bisa sepenuhnya disebut sebagai fase tasawuf, tapi lebih tepat disebut sebagai fase ke-zuhud-an.

Askestisme (zuhud) dalam keyakinan para pelaku sufi ini adalah merupakan sebab untuk sampai kepada Allah, karena hati tidak akan sampai kepada-Nya apabila masih tergantung pada sesuat selain yang dicintai Allah.

Tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah daripada bersifat pemikiran. 

Tokoh tasawuf pada masa ini diantaranya sebagai berikut: 

1. Hasan Al-Bashri

Nama lengkap beliau adalah Abu Said Al-Hasan bin Yassar Al- Bashri. Lahir pada tahun 21 H. Nama ibunya Khairah. Beliau adalah ulama besar, imam besar dan seorang tab ’in besar. Beliau juga seorang ahli tafsir, ulama fiqih, ahli ibadah, dan ulama ahli sunnah. Ilmunya sangat luas dan dalam, menjadi ikutan umat di masanya dan beliau juga seorang wali. Beliau juga seorang imam besar di Bashrah. Wafat pada tahun 110 H di Bashrah. Jenazah beliau diantar dan dilepas oleh hampir seluruh penduduk Bashrah.

2. Ibrahim bin Adham

Nama beliau adalah Abu Ishak Ibrahim bin Adham. Beliau berasal dari keluarga bangsawan Arab. Lahir di Balkh (wilayah Khurasan). Beliau juga mengembara dan dalam pengembaraanya, Ibrahim bin Adham mencari biaya hidup secara halal. Bahkan beliau pernah tinggal beberapa lama di gua, kemudian pergi ke pasar membawa kayu bakar dan menjualnya. Hasil penjualan kayu bakar tersebut, disedekahkan kepada orang-orang miskin. Pernah juga bekerja d ngan teman-temannya. Beliau seorang ahli tasawuf. Meninggal dunia pada tahun 161 Hijriyah, dan ada pula yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 165 H. 

3. Rabi'ah al-Adawiyah

Rabi'ah al-Adawiyah adalah ulama wanita yang ahli tasawuf. Ajaran tasawuf Rabi’ah al-Adawiyah berisi “cinta dan kasih” yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan Hadits. Pada masa mudanya beliau adalah seorang penyanyi (biduanita) yang terkenal, ia sering menyanyi dan menghibur para penguasa, pejabat dan kaum bangsawan serta orang-orang kaya. Kemudian beliau insaf dan tobat kepada Allah SWT. Sejak saat itu setiap malam yang sunyi sepi, beliau pergunakan waktu untuk bermunajat dan beribadah kepada llah, dengan memohon dan mengharapkan kasih sayang dan rahmat-Nya. Dengan taufik dan hidayah Allah, tercapailah maksud dan tujuan beliau yaitu menjadi orang saleh, menjadi ahli tasawuf terkenal bahkan sampai menjadi wali. Beliau wafat pada tahun 135 H. 


B. Tokoh Tasawuf pada Masa Pertengahan

Abad ketiga dan keempat Hijriyah atau lebih tepatnya pada masa pertengahan, pembahahasan mengenai tasawuf kian meluas dalam bidang akhlak dan mendorong lahirnya pendalaman studi psikologis dan gejala-gejala kejiwaan serta pengaruhnya bagi perilaku. Pada masa ini disebut sebagai fase tasawuf, dimana praktik kerohanian pada masa sebelumnya digelari dengan berbagai sebutan (zahid, abid, nasik, dsb), kini di awal Abad 3 Hijriyah mendapat sebutan Sufi.

Tokoh-tokoh:

1. Ma'ruf al-Karkhi

Nama beliau adalah  Abu Mahfudz - Ma'ruf Fairuz Al-Karkhy (wafat 200 H/815 M), salah seorang tokoh besar di kalangan syekh Shuffi, yang doanya sangat mustajabah. Dimana kubur ya pun dapat menyembuhkan orang sakit. Bahkan penduduk Baghdad berkata: “kuburan Ma’ruf merupakan obat yang mujarab”. Ma’ruf adalah budak yang dimerdekakan Ali bin Musa Ar-Ridha RA. Dan merupakan guru As-Saqathy. Sary As-Saqathy pernah bermimpi melihat Ma'ruf Al-Karkhy berada di bawah Arasy. Kemudian Allah SWT firman kepada para malaikat-Nya, “siapakah orang ini?” Para malaikat menjawab, “EngkAu lebih Maha Tahu wahai Tuhan.” Lalu Allah : “Ini adalah Ma’ruf A -Karkhy. Ia mabuk karena mencintai-Ku, dan tidak akan sadar kecuali bertemu dengan-Ku.”

2. Abu al-Hasan Surri-Saqti

Nama lengkap beliau, Abu al-Hasan Surri al-Muglisi al-Saqti. Di adalah murid Ma’rif Al-Karkhi dan paman al-Junaidi dan merupakan tokoh sufi terkemuka di Bagdad. Beliau meninggal pada tahun 253 H / 867 M dalam usia 98 tahun. 

Dalam sejarah sufi ia terkenal sebagai pelopor dalam membahas soal “tauhid” dan merupakan orang yang paling wara’ pada masanya. Di antara kata-katanya yang menggambarkan tentang akhlak dan pendidikan moral ialah “Kekuatan paling dahsyat ialah nafsu, karena itu hendaknya kau mampu mengendalikannya. Dan barang siapa tidak mampu engendalikan dirinya, niscaya dia lebih tidak mampu lagi mengendalikan orang lain.” 

3. Abu Sulaiman al-Darani

Nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman – Abdurrahman bi Athiyah Ad-Darany (wafat 215 H/830 M) dari desa Daran, salah satu wilayah di Damaskus. Di antara ucapannya, “Barangsiapa berbuat kebajikan sepanjang hari, maka akan dicukupi di malam hari. Barangsiapa berbuat kebajikan malam hari, maka akan dicukupi siang harinya. Siapa yang meninggalkan syahwat, Allah SWT akan menghilangkan syahwat itu dari hatinya, Maha Pemurah dari sekedar menyiksa hati karena adanya syahwat yang ditinggalkan demi menuju kepada-Nya.” 


C. Tokoh Tasawuf pada Masa Modern

Pada fase Abad kelima Hijriyah (masa modern), fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits atau sering disebut dengan tasawuf Sunni yakni tasawuf yang sesuai tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. 
Tokoh tasawwuf pada masa ini adalah: 
1. Al-Qusyairi
Nama lengkap beliau adalah Abu Qasim Abdul Karim bin Hawazan Al-Qusyairi, biasa dipanggi dengan Al-Qusyairi saja. Beliaulah pengarang kitab tasawuf “Risalah Al-Qusyairiyah” setebal 186 halaman. Kitab ini disyarahi oleh Zakaria Al-Anshari. 
Imam Al-Qusyairi wafat pada tahun 466 H. Kata-katanya yang mengandung hikmah ialah: “Dzikir itu simbol wilayah (kewalian), dan merupakan pelita hidup. Sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk berdzikir. Dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal, sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tak dapat dibatasi.”
2. Al-Ghazali
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau termasyhur dengan sebut Hujjatul Islam. Dilahirkan di Thus, suatu tempat di Khurasan (Iran), pada tahun 450 H atau pada tahun 1058 M. 
Ayahnya adalah orang miskin yang saleh. Penghidupannya bertenun memintal benang dari bulu. Beliau sangat senang berkunjung kepada alim ulama untuk belajar dan memetik ilmu pengetahuan dan juga untuk memberikan bantuan kepada mereka. Ketika mengikuti pelajaran dari gurunya, ayah Al-Ghazali ini sering menangis serta berdoa memohon kepada Allah, semoga dikaruniai putera-putera yang pintar dalam agama.
Akhirnya beliau benar-benar dikaruniai Allah 2 orang putera, yaitu Al- Ghazali dan Ahmad adiknya. Ayahnya wafat semasa Al-Ghazali masih kecil, kemudian Al-Ghazali dan adiknya dididik oleh seorang ahli tasawuf sesuai dengan wasiat sang ayah, karena itu ajaran ilmu tasawuf sangat mempengaruhi perkembangan Dan pertumbuhan jiwa Al-Ghazali. 
Selang beberapa tahun kemudian, beliau beruzlah (mengasingkan diri) untuk ibadah. Selama beruzlah itu, terbukalah rahasia yang beliau peroleh dan tak terhitung jumlahnya. Beliau yakin benar-benar bahwa kaum Shufiyah itulah yang betul-betul telah menempuh jalan yang dikehendaki Allah SWT. Menurut beliau setelah menempuh jalan Shufiyah itu, jelas baginya hakekat kenabian dan khasiatnya. Jadi tak heran jika tulisan dan karangan Imam Al-Ghazali bercorak tasawuf karena Al-Ghazali sendiri sudah mempelajari, menyelidiki, dan mengalami cara-cara hidup kaum Shufi itu. Begitulah kira-kira isi kitab beliau yang mashyur yaitu Ihya' Ulumuddin dan Minhajul Abidin.


D. Tokoh Tasawuf pada Masa Kontemporer
Tasawuf pada masa kontemporer atau pada fase Abad 6-9 Hijriyah dan sesudahnya, ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni yang memadukan antara rasa (dzauq) rasio (akal), tasawuf bercampur dengan filsafat terutama filsafat Yunani.
Tokoh-tokoh: 
1. Ibn Arabi
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami Al-Andalusia. Beliau terkenal dengan panggilan Muhyiddin Ibnu Arabi. Lahir di Murcia, Andalusia, Spanyol, tahun 560 Hijriah (1164 M) dari keluarga terpandang dan wafat pada tahun 638 Hijriah. Orang tuanya sendiri adalah seorang sufi yang memiliki kebiasaan berkelana.15 ajaran-ajaran Tasawufnya yakni, Wahdah Al-Wujud. Ajaran sentral Ibnu Arabi adalah tentang Wahdah Al-Wujud (kesatuan wujud). 
2. Umar Ibn Al-Faridh
Salah seorang sufi yang menjadikan syair sebagai media transformasikan pemikiran mistisnya adalah syaikh Umar ibn al- Fârîdh. Sufi yang dipandang sebagai yang terbesar yang dimiliki Mesir. Beliau lahir di Kairo pada tanggal 4 Dz ulkaidah 576 H, dan meninggal pada tanggal 2 Jumadil awal 623H, di al-Qarafa, di atas bukit al-Mukattham tempat ia biasa berkhalwat dalam suluknya. Makamnya masih tetap terpelihara sampai saat ini. Nama lengkapnya adalah Syarafuddin Umar bin Ali bin al-Mursyid ibn al-Fârîdh. Gelar al-Fârîdh di belakang namanya dinisbahkan ke ayahnya yang seorang fiqîh dan ahli 'ilm al-farâ'idh, yaitu ilmu yang berkaitan dengan hukum waris dalam Islam, dan orang yang ahli di bidang ini biasa disebut al-Fârîdh. 
3. Ibnu Sabi'in
Nama lengkapnya adalah Abdul Haqq bin Ibrahim Muhammad bin Nashr. Beliau merupakan kelompok sufi yang juga filsuf dari Andalusia. Beliau terkenal di Eropa karena tanggapannya atas pernyataan Raja Frederik II, penguasa Sicilia. Ibnu Sab’in lahir pada tahun 614 H (1217-1218 M) di kawasan Murcia, Spanyol. Ibnu Sab’in mempunyai asal-usul dari kalangan Arab. Beliau mempelajari bahasa dan sastra Arab pada gurunya. Kemudian mempelajari ilmu agama dari Mahzab Maliki, ilmu logika, dan filsafat. Ajaran-ajaran tasawufnya yakni, Ibnu Sab’in adalah seorang gagasan sebuah paham dalam kalangan tasawuf Falsafi, yang dikenal dengan paham kesatuan mutlak. Dalam paham ini, Ibnu Sab'in menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Wujud Allah menurutnya adalah segala yang ada pada masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sementara itu, wujud materi yang tampak justru ditujukan pada wujud mutlak yang rohaniyah. Dengan demikian, paham ini menafsirkan bercorak spiritual dan bukan material.
4. Ibn Masarrah


Nama lengkap beliau adalah Muhammd bin Abdullah bin Masarrah (269-319 H). Beliau merupakan seorang sufi sekaligus filsuf dari Andalusia Spanyol. Menurut Musthafa Abdul Raziq mengatakan b hwa Ib u asarrah termasuk sufi Ittihadiyyah. Awalnya Ibnu Masarrah merupakan penganut aliran Mu’tazilah, tetapi beliau berpaling pada madzhab Neo-Platonisme. Oleh karena itu, beliau dianggap mencoba untuk menghidupkan kembali filsafat Yunani Kuno. Walau demikian, Ibnu Masarrah tergolong seorang sufi yang memadukan paham sufistiknya dengan pendekatan filosofis.

OPINI:
Agama Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin. 
Sebagai umat Islam dan generasi muda, penting sekali bagi kita untuk mempelajari tentang sejarah Islam dan perkembangannya dari masa ke masa, terutama sejarah  tasawuf, perkembangannya, tokoh-tokohnya, serta seluk beluk yang ada di dalamnya. Selain wawasan kita luas,  kita juga bisa tahu mengenai ajaran-ajaran apa saja yang dibawa oleh para tokoh tasawuf di bidangnya masing-masing. 
Selain itu, dengan bertasawuf kita dapat membertebal keimanan, pembersih jiwa, sebagai sarana untuk lebih mengenal Allah, menjauhkan diri dari sifat buruk, dsb.

Cukup sekian, pada kesempatan kali ini. Terimakasih

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHAUF DAN RAJA'

MAQAMAT TAWAKKAL & MAHABBAH

First time blog!!! Introduce myself